Diskusi : “WHAT’S HAPPENING IN MYANMAR”

Diplomacy Studies UPNVY
3 min readMar 29, 2021

Kegiatan diskusi ini memiliki tujuan untuk menganalisis kejadian dibalik kudeta militer yang terjadi di Myanmar. Memeroleh pemahaman mengenai apa, mengapa, dan bagaimana kudeta tersebut dapat terjadi, melihat respon yang dikeluarkan oleh dunia internasional dan PBB, serta mengetahui hubungan kudeta militer yang terjadi di Myanmar dengan prinsip non-intervensi milik ASEAN.

Diskusi dilaksanakan pada hari Jumat, 26 Maret 2021, pukul 19.00 oleh Cluster Pertahanan dan Keamanan Diplomacy Studies UPN “Veteran” Yogyakarta. Diskusi dilangsungkan melalui media daring Zoom conference dengan judul ‘What’s Happening In Myanmar’. Materi dipresentasikan oleh seluruh peserta magang Cluster Pertahanan dan Keamanan dengan Kartika Nathania Ariesta sebagai moderator serta dihadiri oleh seluruh anggota KSM Diplomacy Studies.

Adanya diskusi ini menghasilkan kesimpulan bahwa keadaan terkini di Myanmar semakin ricuh karena sudah menimbulkan korban jiwa dimana-mana. Selain itu, respon yang diberikan ASEAN sejauh ini juga dinilai sudah sangat baik walaupun terbatas karena adanya prinsip non-intervensi yang dimiliki ASEAN. Bagaimanapun, pihak yang paling mungkin untuk melakukan tindakan dari kudeta tersebut adalah PBB. Namun, PBB berada di posisi sulit karena China mendukung adanya kudeta militer Myanmar dan menggunakan hak vetonya di PBB untuk mendukung militer Myanmar melakukan kudeta sehingga belum ada langkah pasti yang dikeluarkan PBB menanggapi kudeta militer tersebut.

Agenda dimulai dengan pembukaan yang dilakukan oleh moderator dilanjutkan dengan penyampaian materi pertama yaitu tentang latar belakang terjadinya kudeta militer di Myanmar. Dapat diketahui bahwa latar belakang terjadinya kudeta militer di Myanmar adalah karena klaim militer tentang adanya kecurangan daftar pemilih dalam pemilu pada november 2015. Kemudian dilanjutkan dengan materi kedua yaitu respon internasional dan PBB. Ditampilkan juga negara-negara yang memberikan respon terkait kudeta tersebut diantaranya Jepang, AS, Uni Eropa, Indonesia dan China. Terakhir, penyampaian materi terkait pemecatan dubes Myanmar oleh junta militer dan prinsip non-intervensi ASEAN yang kemudian mulai masuk kepada sesi diskusi.

Diskusi yang secara keseluruhan berlangsung kurang lebih satu jam dipenuhi oleh pendapat dan tanggapan yang bervariasi. Berawal dari topik pertama yaitu ‘Setuju atau tidak dengan adanya kudeta militer ini? Dan apakah tepat langkah militer Myanmar untuk melakukan kudeta?’. Kemudian dilanjutkan dengan topik kedua dan menjadi topik terakhir yaitu ‘ASEAN perlu tidak ikut menangani kasus kudeta militer Myanmar sedangkan ASEAN memiliki prinsip non-intervensi yang tidak bisa asal mencampuri urusan negara lain?’. Setiap topik diberi penjelasan terlebih dahulu oleh pemateri sehingga diskusi berjalan lebih terarah.

Pernyataan yang kemudian menarik perhatian seluruh peserta yaitu ‘memang ada kemampuan militer untuk masuk ke pemerintahan dan menurut aku China mendukung kudeta tersebut juga salah satunya karena China negara yang otoriter. Selain itu, KPU Myanmar yang katanya tidak melakukan kecurangan mengapa tidak ada bukti apapun untuk dikeluarkan?mencurigakan’. Pendapat tersebut masuk akal dan membuat banyak peserta akhirnya tidak memihak karena baik KPU maupun militer Myanmar tidak ada yang mempunyai bukti kuat terkait kecurangan pemilu di Myanmar. Diskusi ditutup dengan foto bersama dan mengisi feedback survey.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Diplomacy Studies UPNVY
Diplomacy Studies UPNVY

Written by Diplomacy Studies UPNVY

Giving information and knowledge. L’art de la Negociation. Viva Diplomacy!

No responses yet

Write a response