Revolusi Hijau dan Diplomasi Energi : Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Diplomacy Studies UPNVY
4 min readMay 3, 2024

Penulis : Azhar Bariq Danadyaksa

Revolusi Hijau dan Diplomasi Energi

Dalam era tantangan perubahan iklim global, revolusi hijau telah menjadi pendorong utama bagi perubahan menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan. Pergeseran ini tidak hanya mencakup teknologi energi terbarukan, tetapi juga melibatkan upaya diplomasi yang luas untuk mempromosikan penggunaan energi bersih secara global. Diplomasi energi memainkan peran kunci dalam mendorong transisi ke energi terbarukan, mengatur kesepakatan internasional tentang energi bersih, dan mengatasi tantangan yang terkait dengan perubahan ini. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana diplomasi energi berkontribusi pada revolusi hijau, menguraikan kesepakatan internasional tentang energi bersih, serta tantangan dan peluang kerjasama internasional dalam mencapai tujuan revolusi hijau.

Diplomasi energi merujuk pada upaya negara-negara untuk mengamankan pasokan energi mereka, memperkuat kerja sama internasional dalam bidang energi, dan menciptakan kebijakan yang berkelanjutan untuk pengelolaan sumber daya energi. Dalam konteks revolusi hijau, diplomasi energi memainkan peran penting dalam mendorong transisi menuju energi terbarukan. Hal ini terutama karena energi terbarukan telah menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju perubahan iklim global.

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang berlimpah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, seperti energi surya, angin, dan biomassa. Upaya diplomasi energi Indonesia dalam mendorong transisi ke energi terbarukan tercermin dalam keikutsertaannya dalam berbagai forum internasional, seperti Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP) dan Forum Energi Bersih.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al. (2019), diplomasi energi Indonesia dalam mendukung pengembangan energi terbarukan telah melibatkan berbagai langkah, termasuk pembentukan kemitraan dengan negara-negara maju dalam hal teknologi energi terbarukan, serta pengembangan kebijakan nasional yang mendukung investasi dalam sektor energi bersih. Langkah-langkah ini adalah bagian dari upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mempercepat transisi ke energi terbarukan.

Untuk mencapai tujuan revolusi hijau, kesepakatan internasional tentang energi bersih memainkan peran kunci dalam membentuk kerangka kerja global untuk pengembangan dan penggunaan energi terbarukan. Salah satu kesepakatan internasional yang paling penting dalam hal ini adalah Kesepakatan Paris 2015. Kesepakatan Paris, yang disetujui oleh 195 negara, bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius di atas level pra-industri, sambil berupaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius. Salah satu komitmen utama dari Kesepakatan Paris adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pengembangan energi terbarukan dan upaya mitigasi lainnya.

Menurut studi yang dilakukan oleh Wijaya et al. (2018), implementasi Kesepakatan Paris di Indonesia telah melibatkan berbagai langkah, termasuk pembentukan kebijakan nasional tentang energi bersih, pengembangan infrastruktur energi terbarukan, dan promosi investasi dalam sektor energi bersih. Meskipun masih ada banyak tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan sumber daya keuangan dan teknis, Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam memenuhi komitmennya dalam Kesepakatan Paris.

Meskipun revolusi hijau menawarkan banyak manfaat, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan keamanan energi, dan menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor energi terbarukan, ada juga tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah koordinasi dan kerjasama internasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan revolusi hijau. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Suharto et al. (2020), disebutkan bahwa tantangan diplomasi energi dalam mencapai revolusi hijau termasuk kesulitan dalam mencapai konsensus internasional tentang kebijakan energi bersih, perbedaan dalam tingkat pengembangan ekonomi dan teknologi antara negara-negara maju dan berkembang, serta masalah geopolitik yang terkait dengan sumber daya energi terbarukan.

Namun demikian, ada juga banyak peluang kerjasama internasional yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan ini. Misalnya, kerjasama dalam transfer teknologi energi terbarukan, pengembangan proyek energi bersih bersama, dan pembentukan kemitraan strategis antara negara-negara maju dan berkembang. Sebagai contoh, Indonesia telah memanfaatkan kerjasama dengan negara-negara maju, seperti Jepang dan Jerman, dalam pengembangan teknologi energi terbarukan dan pembangunan infrastruktur energi bersih. Kerjasama ini telah membantu Indonesia mempercepat transisi ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungannya pada energi fosil.

Revolusi hijau telah menjadi pendorong utama bagi perubahan menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan. Diplomasi energi memainkan peran kunci dalam mendorong transisi ke energi terbarukan, mengatur kesepakatan internasional tentang energi bersih, dan mengatasi tantangan yang terkait dengan perubahan ini. Meskipun masih ada banyak tantangan yang perlu diatasi, ada juga banyak peluang kerjasama internasional yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan revolusi hijau. Dengan kerjasama yang kuat antara negara-negara, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih bersih, lebih berkelanjutan, dan lebih sejahtera bagi semua orang.

Daftar Pustaka

Setiawan, A., Wijaya, M., & Suharto, E. (2019). Diplomasi Energi Indonesia dalam

Mendukung Pengembangan Energi Terbarukan. Jurnal Diplomasi, 1(1), 35–46.

https://doi.org/10.32528/diplomasi.v1i1.71

Wijaya, M., Setiawan, A., & Suharto, E. (2018). Implementasi Kesepakatan Paris di

Indonesia: Tantangan dan Peluang. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 6(2),

123–134. https://doi.org/10.14710/jkmp.v6i2.21539

Suharto, E., Setiawan, A., & Wijaya, M. (2020). Tantangan Diplomasi Energi dalam

Mencapai Revolusi Hijau. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, 9(1), 45–58.

https://doi.org/10.18196/jpp.2020.0010

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Diplomacy Studies UPNVY
Diplomacy Studies UPNVY

Written by Diplomacy Studies UPNVY

Giving information and knowledge. L’art de la Negociation. Viva Diplomacy!

No responses yet

Write a response