Puppy Diplomacy antara Kim Jong Un dan Vladimir Putin
Penulis : Decy Iraya

Di era dimana diplomasi internasional sering kali penuh dengan ketegangan dan konflik, peristiwa yang berbeda terjadi baru-baru ini antara Presiden Rusia, Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un telah menarik perhatian dunia. Kedua pemimpin ini terlibat dalam apa yang disebut dengan Puppy Diplomacy atau Diplomasi Anak Anjing, yang digunakan untuk menunjukkan niat baik dan memperkuat hubungan antara kedua negara tersebut.
Pertukaran Hadiah
Pada 19 Juni 2024, Kim Jong Un, dalam kunjungan diplomatiknya ke Rusia, memberikan Vladimir Putin seekor anak anjing Pungsan, yang merupakan ras anjing asli dari Korea Utara dan dikenal akan loyalitas serta kecerdasannya. Ras anjing ini tidak hanya merupakan simbol nasional Korea Utara, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang ingin ditegaskan oleh Kim Jong Un mengenai persahabatan dan kolaborasi antara Korea Utara dan Rusia. Anak anjing berwarna putih ini dinamakan “Chongnyon”, yang dalam bahasa Korea berarti “pemuda”, sebagai simbol harapan untuk masa depan yang dinamis dan progresif dalam hubungan antara Korea Utara dan Rusia.
Putin, yang dikenal karena kesukaannya pada anjing, kembali memberikan Kim Jong Un seekor anak anjing Borzoi yang agung. Jenis anjing ini sangat dihargai di Rusia karena keanggunan dan kehebatan berburunya. Anak anjing ini kemudian diberi nama “Misha” yang diambil dari maskot Olimpiade Moskow 1980, yang merupakan simbol warisan budaya dan kekuatan Rusia.
Simbolisme dan Signifikansi
Pertukaran ini lebih dari sekadar pemberian hadiah seremonial, tetapi juga merupakan pertukaran yang melibatkan aspek budaya dan emosional yang mendalam. Anjing, sebagai hewan yang secara universal dicintai, melambangkan kesetiaan, persahabatan, dan kepercayaan. Aspek-aspek tersebut merupakan kualitas-kualitas penting dalam hubungan diplomatik yang efektif. Dengan memilih hadiah yang simbolis, kedua pemimpin tersebut menunjukkan keinginan mereka untuk membangun hubungan pribadi yang kuat, yang dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama politik dan ekonomi yang lebih signifikan.
Langkah ini juga bertujuan untuk menampilkan sisi manusiawi dari para pemimpin yang seringkali tampak tak tergoyahkan. Putin, yang dikenal membangun citra sebagai pemimpin kuat, dan Kim, yang sering dipandang sebagai diktator yang tertutup, keduanya menunjukkan sisi yang lebih lembut dan lebih mudah didekati. Puppy Diplomacy ini memberikan gambaran tentang bagaimana aspek-aspek yang lebih lembut dan personal dapat berperan penting dalam hubungan internasional.
Implikasi yang Lebih Luas
Dalam aspek lain, pertukaran yang terjadi di antara Korea Utara dan Rusia ini juga memiliki makna strategis. Korea Utara dan Rusia, yang keduanya berada di bawah sanksi internasional yang ketat dan seringkali berkonflik dengan kekuatan-kekuatan Barat, telah menemukan kesamaan dalam perlawanan bersama mereka terhadap hegemoni Barat. Pertukaran anak anjing ini bisa dilihat sebagai penguatan simbolis dari aliansi mereka, yang menegaskan kembali komitmen mereka untuk saling mendukung dalam menghadapi tantangan global.
Selain itu, langkah ini juga bisa membuka jalan bagi kerjasama yang lebih berarti. Pembicaraan selama kunjungan itu mencakup kemungkinan usaha patungan dalam bidang energi, infrastruktur, dan teknologi militer, yang semuanya termasuk dalam kepentingan Korea Utara dan Rusia. Niat baik yang ditimbulkan oleh pertukaran anak anjing ini bisa memudahkan negosiasi yang lebih efisien dan menciptakan kesepakatan yang lebih kokoh.
Reaksi Masyarakat Internasional
Respon masyarakat internasional terhadap Puppy Diplomacy yang dilakukan oleh Korea Utara dan Rusia ini sangatlah positif. Media sosial dibanjiri dengan gambar dan video anak anjing yang menggemaskan, dengan banyak pengguna menyatakan harapan bahwa inisiatif seperti ini bisa mendorong terciptanya dunia yang lebih damai dan kolaboratif. Para analis juga menunjukkan bahwa walaupun pertukaran ini cenderung simbolis, hal ini dapat membantu melunakkan persepsi publik dan membuka jalan bagi keterlibatan diplomatik yang lebih proaktif.
Kesimpulan
Puppy Diplomacy yang terjadi di antara Vladimir Putin dan Kim Jong Un ini mengingatkan kita bahwa meskipun dunia dipenuhi oleh perselisihan politik, gerakan sederhana dan tulus dapat menumbuhkan niat baik dan toleransi antar satu sama lain. Pertukaran anak anjing yang menjadi simbol kesetiaan dan persahabatan ini telah membuka babak baru dalam hubungan bilateral Rusia dan Korea Utara, yang mungkin mempengaruhi aspek geopolitik secara tak terduga. Meski masih harus dilihat apakah pertukaran menarik ini akan berujung pada perubahan yang signifikan, tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini memberikan narasi baru dalam dunia diplomasi internasional yang rumit.