Pengenalan Budaya dan Interaksi Sosial Masyarakat Thailand melalui Film “How to Make Millions Before Grandma Dies”
Penulis : Abyasa Bhanuaji

Pada paruh tahun ini, rumah produksi film asal Thailand, GDH 559 merilis film berjudul “How to Make Millions Before Grandma Dies”, atau “Lahn Mah” dalam bahasa ibunya, bahasa Thailand. Film ini berhasil mendapatkan ulasan yang sangat positif dikarenakan alur cerita yang mudah diterima masyarakat, dan perasaan sedih yang mendalam yang ditimbulkan dari alur cerita film yang diperankan oleh Billkin sebagai M dengan Amah, atau nenek yang diperankan oleh Usha Seamkhum.
Secara garis besar, film ini menceritakan tentang M yang merawat Amah yang terkena kanker usus dengan harapan akan mendapatkan warisan dari neneknya. Kedekatan antara cucu dan nenek yang diceritakan film inilah yang berhasil membuat penonton membanjiri bioskop dengan air mata. Akan tetapi, dibalik sedihnya film besutan sutradara Pat Bonnitipat, film Lahn Mah juga menyajikan presentasi mengenai budaya Thailand yang cukup menarik perhatian. Penggambaran budaya yang paling menonjol dalam film ini adalah akulturasi budaya antara budaya Thailand dengan kultur Tionghoa. Salah satu kultur unik lainnya yang ditunjukkan pada film ini adalah budaya mengantri masyarakat Thailand. Pada adegan ketika M dan Amah pergi ke rumah sakit, terdapat antrian panjang yang mengular sejak jam 4 pagi. Akan tetapi, antrian tersebut sama sekali tidak ramai dikarenakan seluruh warga yang mengantri menggunakan alas kaki untuk menjaga barisan mereka tidak diserobot oleh orang lain.

Salah satu adegan yang paling mengundang tangisan, sekaligus terdapat pengenalan budaya secara jelas adalah ketika Amah meninggal dan dalam perjalanan menuju kuburan. Menurut tradisi yang dijelaskan oleh Ibu M, selama perjalanan peti mati Amah harus diketuk sebanyak tiga kali setiap melewati tempat-tempat penting. M pun mengetuk peti Amah serta menjelaskan posisi perjalanannya ketika akan berangkat, ketika melewati jembatan tempat M bersama Amah berjalan kaki sepulang sekolah, tempat Amah jualan Congee, yang menjadi sumber penghidupan bagi anak serta cucu Amah, serta ketukan terakhir dilakukan ketika mobil memasuki komplek pemakaman. Film ini ditutup dengan adegan M menaburkan bunga di makam Amah, makam dengan ciri khas makam Tionghoa, yang juga merupakan representasi akulturasi budaya.
Pada akhirnya, film ini berhasil mendapatkan rating 8.4/10 dari IMDb, membuktikan bahwa film ini merupakan film dengan alur yang bagus, serta mampu membawa penonton untuk memahami adat, tradisi serta kultur yang dibawakan melalui film tersebut.