NORMALISASI HUBUNGAN ISRAEL-DUNIA ARAB : APA PENGARUHNYA TERHADAP PALESTINA?
Okta Nurul Illahi
Normalisasi hubungan antara Israel dan dunia Arab menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian publik dunia Internasional pada tahun 2020. Hal itu merupakan sejarah baru bagi hubungan diplomatik Israel dan negara Arab, sebab sebelumnya negara-negara Arab menutup diri dan tidak berkenan dalam membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebagai komitmen terhadap bangsa Palestina.
Dalam hal ini Amerika Serikat memegang peranan penting karena menjadi pihak ketiga dan mediator terhadap normalisasi Israel dan Negara Arab. Israel berhasil menjalin normalisasi hubungan dengan setidaknya lima negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika yang memiliki mayoritas penduduk muslim.
Yang pertama membuat sejarah adalah Uni Emirat Arab (UEA) yang memutuskan untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel pada September 2020. Tidak lama setelahnya, Bahrain mengikuti jejak UEA. Kemudian disusul Maroko, Sudan dan Bhutan.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi setuju dengan visi tersebut, bahkan memujinya. Menurut ia, kesepakatan normalisasi hubungan menjadi langkah penting yang diharapkan bisa mengkonsolidasikan stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah. Di sisi lain, kata ia, untuk mencapai solusi yang adil serta bersifat permanen bagi perjuangan Palestina. Tapi, benarkah demikian?
Pengaruhnya bagi Palestina
Normalisasi hubungan diplomatik yang dilakukan oleh empat negara Arab yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko serta satu negara non-Arab Bhutan menjadi kado pahit bagi Palestina di tahun 2020. Kelima negara yang berdamai dengan Israel itu menandakan pengakuan resmi terhadap kedaulatan negara Yahudi itu. Langkah yang diambil kelima negara tersebut menjadi pukulan telak bagi inisiatif perdamaian yang diimpikan oleh rakyat Palestina.Terutama kesepakatan negara-negara Arab dengan Israel itu dipandang sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina dan rakyatnya.
Palestina sebagai sebuah bangsa yang memiliki hak untuk merdeka sangat terganggu dengan keputusan sebagian negara Arab yang berbangga hati menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Dalam pandangan Palestina, beberapa negara Arab tersebut adalah pengkhianat, karena mengingkari komitmen yang telah lama mereka sepakati, guna mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.
Berbondong-bondongnya arus normalisasi negara-negara Arab dengan Israel akan meningkatkan rasa percaya diri Israel sebagai negara penguasa yang sah di Palestina, sehingga memperluas aneksasi. Hal tersebut sudah terjawab dengan meningkatnya konflik Israel-Palestina pada awal tahun 2021 ini. Mulai dari penyerangan Masjid Al-Aqsa di bulan Ramadhan, penggusuran di Sheikh Jarrah, konflik Israel-Hamas, bentrokan di tepi Barat, dan konflik lainnya yang memperpanjang sejarah suram warga Palestina. Israel akan mendiamkan apapun kecaman masyarakat dunia. Dalam pandangan Israel, kecaman tersebut hanya sebatas moralitas, dan akan hilang dengan sendirinya.
Untuk jangka panjang, kehidupan rakyat Palestina akan semakin sulit dan terpuruk. Pemerintah Palestina akan semakin berat memperjuangkan aspirasi rakyatnya untuk merdeka dan akan semakin sulit mengikuti forum-forum internasional untuk menyampaikan aspirasi kemerdekaan, termasuk menggalang solidaritas internasional untuk menekan Israel.
Daftar Pustaka :
Aditya Jaya Iswara, “Kronologi Konflik Israel-Palestina Terkini: dari Masjid Al-Aqsa Diserang sampai Gencatan Senjata,” Kompas.com, 21 Mei 2021, https://www.kompas.com/global/read/2021/05/21/065449870/kronologi-konflik-israel-palestina-terkini-dari-masjid-al-aqsa-diserang?page=all.
Suci Sekarwati, “Kaleidoskop 2020: Ramai-ramai Normalisasi Hubungan Israel,” Tempo.co, 23 Desember 2020, https://dunia.tempo.co/read/1415163/kaleidoskop-2020-ramai-ramai-normalisasi-hubungan-israel.
