Ketidaksetaraan Gender dalam Dunia Kerja di Jepang
Oleh: Adhyasta Anindya
Ketidaksetaraan gender telah menjadi isu yang menonjol di Jepang, mempengaruhi berbagai bagian kehidupan sosial dan ekonomi. Jepang sering dikritik karena sistem patriarkinya yang mengedepankan superioritas laki-laki atas perempuan, yang menyebabkan perlakuan berbeda di berbagai bidang, seperti pekerjaan, pendidikan, dan politik. Terlepas dari upaya yang konsisten dari pemerintah dan kelompok advokasi, kesenjangan gender Jepang tetap menjadi salah satu yang terbesar di antara negara-negara maju.

Pola pikir masyarakat Jepang menekankan peran gender, di mana laki-laki adalah pencari nafkah dan perempuan fokus pada urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Ekspektasi peran gender tradisional ini telah menciptakan dikotomi peran gender dan perkembangan stereotip yang menurunkan peran perempuan untuk memenuhi tugas domestik, dan peran laki-laki ditampilkan sebagai domain publik. Perempuan memiliki akses terbatas ke pendidikan, peluang karir, dan dibayar dengan gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Global Gender Gap Report 2021, Jepang berada di peringkat 120 dari 156 negara, menunjukkan rendahnya standar kesetaraan gender di Jepang (World Economic Forum, 2021).
Salah satu aspek signifikan dari ketidaksetaraan gender di Jepang adalah kesenjangan upah gender, di mana perempuan memperoleh sekitar 72% dari upah laki-laki (Ministry of Health, Labor, and Welfare., 2021). Perempuan sering menghadapi kesenjangan pekerjaan karena ekspektasi peran gender tradisional, di mana perempuan dengan anak dipandang kurang produktif dan kurang berdedikasi pada pekerjaan mereka, yang menyebabkan stagnasi karir dan gaji yang lebih rendah. Praktik ketenagakerjaan Jepang seperti ‘sistem ketenagakerjaan seumur hidup’ dan gaji berbasis senioritas secara tradisional menguntungkan laki-laki, karena sistem ini memprioritaskan loyalitas dan senioritas daripada efisiensi. Akibatnya, perempuan merasa sulit untuk mengakses posisi manajemen meskipun memperoleh kualifikasi pendidikan tinggi.

Ketidaksetaraan gender mempengaruhi politik Jepang, karena keterwakilan perempuan dalam politik masih sangat rendah. Perempuan Jepang hanya memegang 47 dari 465 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan 25 dari 256 kursi di Dewan Anggota Dewan, menunjukkan perwakilan politik yang minim (Inter-Parliamentary Union, 2021). Kurangnya keterwakilan perempuan dalam politik berarti bahwa kebijakan gender yang berkaitan dengan pemberdayaan sosial ekonomi perempuan, seperti upah yang setara dan cuti melahirkan, tidak diprioritaskan.
Ketidaksetaraan gender di lingkungan gender Jepang juga menimbulkan masalah kesehatan mental dan fisik bagi perempuan. Berbagai faktor struktural dan sosial memperparah masalah ini, seperti harapan perempuan untuk memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan, munculnya ‘kematian kesepian’ perempuan yang belum menikah dan tidak memiliki anak, serta prevalensi pelecehan dan diskriminasi di tempat kerja dan lembaga pendidikan. Faktor-faktor ini secara signifikan mempengaruhi status kesehatan mental dan fisik wanita, yang menyebabkan tantangan kesehatan seperti terlalu banyak bekerja, kelelahan, dan depresi.
Kesimpulannya, ketidaksetaraan gender merupakan isu penting di Jepang, yang mempengaruhi posisi sosial ekonomi perempuan dan pertumbuhan masyarakat secara keseluruhan. Stereotip gender, kesenjangan upah, kurangnya perwakilan dalam politik, dan korelasi yang terus-menerus antara peran domestik perempuan dan peran publik laki-laki, berkontribusi terhadap ketidaksetaraan gender di Jepang. Pemerintah Jepang telah menerapkan kebijakan seperti mendorong pengembangan kepemimpinan perempuan, namun perubahan yang lebih signifikan perlu dilakukan melalui reformasi kebijakan ketenagakerjaan dan praktik kerja dan politik yang diskriminatif. Melalui langkah-langkah berarti seperti itu, Jepang dapat memberantas ketidaksetaraan gender dan menumbuhkan lingkungan gender yang lebih inklusif dan setara.
Referensi:
Inter-Parliamentary Union. (2021). Women in National Parliaments.
Ministry of Health, Labor, and Welfare. (2021). The Labor Situation in Japan and Analysis:
Annual Labor White Paper.
World Economic Forum. (2021). The Global Gender Gap Report 2021.