Kekeringan, Kelaparan, dan Krisis Kemanusiaan : “What is Happening in Somalia?”
Penulis : Nova

Somalia, sebuah negara di Afrika Selatan adalah negara yang sekarang mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan karena terjadi serangkaian masalah yang meliputi kekeringan, kelaparan, banjir, dan krisis kemanusiaan. Kekeringan adalah salah satu masalah utama yang telah berlangsung dalam waktu yang lama di negara ini. Kekurangan curah hujan yang signifikan telah menyebabkan tanah menjadi gersang dan menyebabkan ketersediaan air yang terbatas. Sejak tahun 2011, hujan hanya turun satu kali di negara tersebut yaitu pada tahun 2013. Akibatnya, pertanian dan peternakan terganggu, mengancam sumber daya pangan dan penghidupan penduduk, terutama mereka yang bergantung pada sektor ini untuk mencari nafkah.
Dampak dari kekeringan adalah munculnya kelaparan yang meluas di Somalia. Kurangnya akses terhadap pangan yang mencukupi mengancam nyawa ribuan penduduk setiap tahunnya. Terbakarnya kebun, terhentinya aliran sawah, bahkan matinya ribuan ternak adalah hal yang terus berlangsung bertahun-tahun di Somalia hingga minimnya sumber makanan yang tersedia. Dalam Global Hunger Index atau Indeks Kelaparan Global tahun 2021 (diterbitkan bersama oleh Concern dan Welthungerhilfe), negara ini dinyatakan sebagai negara paling lapar di dunia. Kekerasan mengganggu akses terhadap pangan, dan lebih dari 2,9 juta orang (hampir 20% populasi negara ini) menjadi pengungsi internal. Anak-anak dan lansia adalah yang paling rentan terhadap dampak kelaparan ini, dengan tingkat gizi yang rendah dan risiko penyakit yang meningkat. Banyak keluarga
terpaksa meninggalkan desa-desa mereka dalam pencarian makanan dan air bersih.
Sebagian besar dari penduduk negara Somalia adalah penggembala ternak. Iklim negara yang sangat ekstrim mengharuskan mereka berpindah-pindah dengan membawa puluhan ternaknya: sapi, kambing, domba, hingga rumah bongkar pasang mereka di dalam satu truk. Mereka berpindah-pindah tempat untuk tinggal dikarenakan mengikuti jalannya musim hujan di sepanjang negara dan menyesuaikan iklim yang tepat untuk ternak-ternak yang mereka miliki. Bahkan mereka dapat berpindah berkali-kali dalam waktu yang singkat oleh faktor sulitnya mencari sumber makanan dan minuman untuk ternak mereka, bahkan untuk diri mereka sendiri. Mereka melakukan ini dengan harapan bagaimana
untuk tetap bertahan hidup pada esok hari.
Tetapi hal yang tidak terduga terjadi pada tahun 2023, Somalia dilanda banjir bandang yang disebabkan oleh El Niño dan curah hujan yang sangat tinggi. Tentunya, hal ini menjadi masalah baru bagi Somalia setelah mengalami
kekeringan yang panjang selama empat dekade terakhir. El Niño adalah suatu pola iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Salah satu dampaknya adalah peningkatan curah hujan yang tidak biasa di beberapa wilayah, sementara wilayah lain mengalami kekeringan yang parah. Banjir bandang di Somalia pada tahun tersebut adalah salah satu dampak yang merugikan dari fenomena El Niño. Curah hujan yang tak terduga dan intensitas yang tinggi menyebabkan sungai-sungai di berbagai wilayah negara ini meluap, membanjiri pemukiman, pertanian, dan infrastruktur. Banjir ini dengan cepat merusak rumah-rumah penduduk, menyebabkan kerusakan pada jalan dan jembatan, dan mengganggu akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Selain itu, banjir bandang yang terjadi juga dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit dan menciptakan kondisi sanitasi yang buruk. Air yang tercemar dan genangan air dapat menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk yang membawa penyakit menular seperti malaria dan demam berdarah. Krisis
kesehatan tambahan ini menambah beban bagi sistem kesehatan yang sudah terbebani. Kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir bandang ini sangat besar. Banyak wilayah terpencil yang terisolasi karena jalan dan jembatan rusak, menyulitkan upaya bantuan dan evakuasi. Banjir juga mengancam keselamatan penduduk, terutama anak-anak dan lansia yang mungkin tidak dapat menghindari bahaya dengan cepat.
Krisis kemanusiaan di Somalia mencakup berbagai aspek, termasuk akses terhadap air bersih, perawatan kesehatan yang memadai, dan perlindungan bagi kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan pengungsi. Keadaan inisemakin memburuk oleh kurangnya infrastruktur yang memadai, korupsi, dan konflik bersenjata yang berkepanjangan di beberapa wilayah.
Situasi ini membutuhkan tanggapan yang cepat, krusial, dan berkelanjutan dari komunitas internasional dan pemerintah Somalia untuk mengatasi akar masalah serta memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak.
Referensi:
(n.d.). Global Hunger Index (GHI) — peer-reviewed annual publication designed to
comprehensively measure and track hunger at the global, regional, and country levels. Diakses pada 1 Mei 2024,
https://www.globalhungerindex.org/
Cane, M. A. (1986). El Niño. Annual Review of Earth and Planetary Sciences, 14(1), 43-70.
https://www.annualreviews.org/content/journals/10.1146/annurev.ea.14.05 0186.000355
El Nino Rains in Somalia: Key Messages (October 2023) - Somalia. (2023,
October 31). Somali NGO Consortium. Diakses pada 2 Mei 2024, https://reliefweb.int/report/somalia/el-nino-rains-somalia-key-messages-october-2023
New study finds that 43 000 “excess deaths” may have occurred in 2022 from the drought in Somalia. (2023, March 20). WHO. Diakses pada 1 Mei 2024, https://www.emro.who.int/somalia/news/new-study-finds-that-43000-excess-deaths-may-have-occurred-in-2022-from-the-drough-somalia.html
Timeline: Breaking down more than a decade of drought in Somalia. (2022, October 22). Concern Worldwide. Diakses pada 2 Mei 2024,
https://concernusa.org/news/somalia-drought-timeline/