ISU TRANSRACIAL DI TENGAH MASYARAKAT INTERNASIONAL

Diplomacy Studies UPNVY
4 min readAug 20, 2021

Shalma Alifa Zalfaya

Transracial menurut oxford languages adalah melintasi atau menyimpangi batas-batas ras. Transracial biasanya digunakan untuk mengidentifikasi ras yang dimiliki oleh anak adopsi yang diadopsi oleh orang tua yang memiliki ras yang berbeda dari anak tersebut. Mengapa anak adopsi bisa menjadi transracial? Anak adopsi yang di adopsi oleh orang tua yang memiliki ras yang berbeda otomatis akan dirawat dan dibesarkan didalam budaya orang tuanya, dan juga memiliki keluarga besar dan lingkungan yang sama dengan orang tuanya. Oleh karena itu penggunaan transracial dapat digunakan untuk anak - anak adopsi.

Namun, penggunaan transracial sering disalah gunakan di zaman sekarang ini. Banyak orang yang dengan sendirinya mengubah ras mereka dari suatu ras ke ras lainnya. Dan sebagian besar orang yang melakukannya adalah orang ras kulit putih. Mereka mengubah ras dengan alasan bahwa mereka tidak merasa nyaman dengan ras yang mereka miliki dan lebih nyaman jika mengubah ras mereka ke ras yang dipilih. Banyak juga yang beralasan bahwa mereka sebenarnya adalah ras yang lain dan mereka lahir di tubuh yang salah. Ada juga yang mengubah ras nya karena kecintaannya terhadap ras yang lain sehingga ingin mengubah ras awal mereka. Dan jika ditelaah lebih dalam ras yang ingin mereka miliki atau identifikasi adalah ras minoritas. Dan tentunya hal itu memicu kontroversi.

Banyak yang berpendapat, jika bukan anak adopsi kalian tidak bisa seenaknya mengubah ras kalian menjadi ras yang lain. Bahkan aksi tersebut dapat disebut rasis, atau cultural appropriation. Mengapa seperti itu? Ras sebagai identitas atau pengelompokan atau juga pengklasifikasian suatu kelompok manusia. Ras bisa dilihat dari segi fisik manusia tersebut. Tapi ras bukan hanya dari penampilan luar tapi juga tercermin pada budaya, sifat dari suatu kelompok atau kominitas yang saling berdekatan dan terhubung dan bahkan trauma. Ras juga diwariskan dari orang tua kita. Menurut artikel dari theconversation.com itu adalah hal yang rasis untuk berpikir seseorang dapat memilih ras atau budaya yang mereka sukai, lalu memilih dari budaya itu hanya dengan yang cocok untuk mereka. Mereka menghindari beban diskriminasi sambil menuai keuntungan dari hak istimewa kulit putih, mengambil sumber daya dan suara yang diperlukan dari komunitas yang membutuhkannya.

Untuk memahami lebih dalam, beberapa contoh orang yang pernah mengubah ras dan mengidentifikasi ras mereka dengan ras berbeda dari yang mereka miliki sejak lahir adalah Rachel Dolezal. Di tahun 2015, Rachel Dolezal mengidentifikasi dirinya sebagai orang ras kulit hitam dari yang sebelumnya orang ras kulit putih. Selain itu juga ada Martina Adam dari acara TV “Botched” yang merubah ras kulit putihnya menjadi ras kulit hitam. Contoh terakhir yang mungkin sekarang sedang sangat kontroversial adalah British Influencer bernama Oli London yang melakukan 18 Operasi Plastik untuk terlihat seperti idolanya dan lalu mengidentifikasi dirinya sebagai non-binary korean. Menurut banyak orang, terutama orang korea asli itu merupakan hal yang rasis, cultural appropriation dan transphobia.

Namun tentunya dalam sebuah isu, ada pandangan yang berbeda tentang isu transracial ini. Beberapa orang beranggapan bahwa seseorang yang ingin mengubah ras nya dengan sendirinya adalah hak orang tersebut. Menurut mereka jika seseorang dapat memilih dan mengubah gendernya seperti yang mereka inginkan, mengapa hal yang sama tidak dapat diterapkan pada transrasial?. Nah, hal ini juga yang akhirnya memicu banyak kontroversi karena membandingkan transracial dengan transgender. Beberapa artikel mengatakan, Ras dan gender bukanlah hal yang dapat disamakan. Gender tidak diturunkan dari orang tua kalian, sedangkan ras merupakan warisan orang tua kalian, budaya kalian, nenek moyang kalian. Orang yang menghadapi diskriminasi biasanya beraada jauh dari kelompok, lingkungan atau ras yang sama dengan dirinya. Dengan kembali ke lingkungannya ia akan merasa dipahami dan merasa nyaman. Ini berbeda kasusnya jika terjadi diskriminasi pada orang trans dan gender lainnya.

Perbedaan ras dan gender memiliki sejarah yang berbeda dari segi pemahaman, pengalaman dan impilikasi berbeda dalam menghadapi diskriminasi tersebut. Kita ambil contoh seorang pemilik ras kulit puyih (british) merubah rasnya menjadi Korean yang perbedaannya sangat signifikan. Oli London yang kebetulan memilih orientasi sexual sebgaia non-biner atau tak memilih salah satu gender dan memilih berada ditengah keduanya dengan sebutan They atau Them, secara terbuka dan aktif menyuarakan identitas barunya sebagai transrasial. Hal ini banyak mendapatkan perhatian keras dari warga Korea yang tidak menyetujuinya. Karena mereka tidak terima seseorang yang tidak lahir di korea atau memiliki orang tua asli korea tiba - tiba mengklaim budaya, tanah air, dan nenek moyang mereka. Sehingga sampai sekarang pun masalah ini masih menjadi kontroversi.

Jadi bagaimana menurut kalian? Apakah seseorang dapat dengan sendiri nya mengubah ras asli mereka dan mengidentifikasi diri mereka sebagai ras lain, seperti halnya transgender? Atau menurut kalian hal itu merupakan hal yang sangat berbeda dengan transgender, tidak bisa disamakan dan adalah hal yang rasis, transphobia dan cultural appropriation jika dilakukan?

Referensi

The Conversation. 2021. No, you can’t identify as ‘transracial’. But you can affirm your gender.https://theconversation.com/no-you-cant-identify-as-transracial-but-you-can-affirm-your-gender-163729. Diakses tanggal 11 Agustus 2021 Pukul 14.43 WIB.

Verve Team. 2019. “Transracial” is not the new “Transgender”: Why Race and Gender Are Not Synonymous. https://medium.com/verve-up/transracial-is-not-the-new-transgender-why-race-and-gender-are-not-synonymous-b2c688ef0fae. Diakses tanggal 11 Agustus 2021 Pukul 15.19 WIB

Transracial definition : https://www.merriam-webster.com/dictionary/transracial

Boston Review. 2020. Why We Shouldn't Compare Transracial to Transgender Identity. http://bostonreview.net/race-philosophy-religion-gender-sexuality/robin-dembroff-dee-payton-why-we-shouldnt-compare. Diakses tanggal 11 Agustus 2021 Pukul 15.35 WIB.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Diplomacy Studies UPNVY
Diplomacy Studies UPNVY

Written by Diplomacy Studies UPNVY

Giving information and knowledge. L’art de la Negociation. Viva Diplomacy!

No responses yet

Write a response