ISU KERJA PAKSA DI XINJIANG BERUJUNG SERUAN BOIKOT TERHADAP BRAND BARAT
TRIVONA RIKUMAHU
Pada akhir bulan maret, media sosial Tiongkok dihebohkan dengan seruan untuk memboikot produk Barat. Para pengguna media sosial membakar sepatu, baju, tas, dan benda buatan Barat lainnya serta penggunaan mereka di acara TV disensor. Selebriti top di Cina, termasuk penyanyi Eason Chan dan bintang film Zhang Yixing dan Bai Jingting, mereka mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan dengan beberapa brand barat, seperti H&M, Nike, dan adidas.
Hal tersebut merupakan buntut dari masalah kapas Xinjiang. Sejak tahun lalu, muncul laporan bahwa China telah melakukan diskriminasi dan penindasan terhadap suku Uighur. Dikatakan jika kapas yang diproduksi di Xinjiang adalah hasil kerja paksa dari kaum muslim di China berdasarkan laporan sebuah organisasi non-pemerintah yang bernama Better Cotton Initiative. Hal ini kemudian memanas Ketika H&M dan Nike mengemukakan pernyataan kontroversial yang seolah menuduh China melakukan kerja paksa pada kaum Uighur muslim untuk memproduksi kapas di Xinjiang. Brand-brand itu pun mengatakan mereka tidak akan lagi membeli kapas dari Xinjiang.
Setelah laporan tersebut keluar di berbagai media masa, brand-brand Barat memiliki dua pilihan, yaitu menghentikan suplai kapas dari Xinjiang dan diboikot di Tiongkok, atau tidak berbuat apa-apa dan mungkin diboikot di Barat. Meskipun brand yang telah disebutkan memilih pilihan pertama, beberapa brand ada yang memilih pilihan kedua. Brand-brand seperti Hugo Boss, Muji, dan Uniqlo mengeluarkan pernyataan bahwa mereka membanggakan penggunaan kapas Xinjiang. Di samping itu, Patagonia, PVH, Marks & Spencer, dan GAP menyatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan kapas Xinjiang. Pemerintah Cina sendiri sebenarnya sudah membantah laporan tersebut. Cina mengatakan kamp di Xinjiang didirikan untuk memberikan pelatihan vokasi dan melawan ekstremisme Islam.
Selain membantah laporan tersebut, Cina juga mengecam keras boikot kapas Xinjiang dan menuduh bahwa boikot tersebut dilakukan berdasarkan kebohongan yang dibuat oleh kelompok anti-Tiongkok di Amerika Serikat dan terdapat niat untuk campur tangan di urusan domestik Tiongkok. Juru bicara pemerintah Tiongkok, Xu Guixiang juga mengatakan bahwa H&M dan brand-brand barat lainnya tidak akan menghasilkan sepeser pun di negara itu jika menolak membeli kapas dari wilayah Xinjiang. Pemerintah Daerah Xinjiang dan Kementerian Luar Negeri Tiongkok juga mengatakan bahwa perusahaan asing diperbolehkan pergi ke Xinjiang secara bebas untuk berkunjung ke kebun kapas dan perusahaan tekstil di sana. Namun, Tiongkok menolak investigasi yang ‘menduga kesalahan’ dan menentang siapapun yang menggunakan isu ini sebagai alat untuk menekan Tiongkok. Walaupun membantah semua tuduhan tersebut, Inggris, Kanada, Uni Eropa, dan Amerika telah memberikan sanksi kepada beberapa anggota elit kekuatan politik dan ekonomi Xinjiang pada akhir bulan Maret atas tuduhan melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang luas di sana.
Referensi
BCC. (2021). Beijing: H&M tak bisa dapat uang sepeser pun di China jika tolak beli kapas Xinjiang. https://newssetup.kontan.co.id/news/beijing-hm-tak-bisa-dapat-uang-sepeser-pun-di-china-jika-tolak-beli-kapas-xinjiang?page=all. (Di akses pada Kamis, 6 Mei 2021 pukul 18.05 WIB)
Nurul Qomariyah Pramisti. (2021). Kasus Boikot H&M, Mengapa Barat Tak Bisa Lepas dari China?. https://tirto.id/kasus-boikot-hm-mengapa-barat-tak-bisa-lepas-dari-china-gddz. (Di akses pada Kamis, 6 Mei 2021 pukul 18.15 WIB)
BBC. (2021). Xinjiang cotton: Western clothes brands vanish as backlash grows. https://www.bbc.com/news/world-asia-china-56533560. (Di akses pada Kamis, 6 Mei 2021 pukul 20.14 WIB)
AL JAZEERA. (2021). China attacks Western nations, firms over Xinjiang cotton boycott. https://www.aljazeera.com/news/2021/3/29/china-slams-western-nations-firms-over-xinjiang-cotton-boycott. (Di akses pada Kamis, 6 Mei 2021 pukul 20.30 WIB)