Games as a Learning Tool for Diplomacy in International Relations
Penulis : Ryan Rizqullah
Dalam kegiatan belajar, dibutuhkan pemahaman terhadap suatu topik agar dapat memahami maksud dari sebuah topik. Akan tetapi, pemahaman tidak dapat memberikan potensi penuh kepada pelajar dalam pemahaman sebuah topik. Maka, dibutuhkan penerapan sebuah topik dalam sebuah kegiatan agar para pelajar dapat memahami sebuah topik melalui sisi teori maupun praktiknya sehingga memberikan pemahaman yang benar kepada pelajar tersebut. Topik diplomasi di dunia hubungan internasional merupakan salah satu topik pelajaran dimana dibutuhkannya teori dan praktik agar dapat memahami konsep dan penerapannya.
Diplomasi antar negara merupakan sebuah kegiatan yang dimana negara melalui perantara pejabat resmi melakukan komunikasi dengan negara lain untuk memungkinkan mereka memiliki hubungan biasa dan kompleks. Maka, untuk para pelajar diplomasi ini, pemahaman teori dibutuhkan sebanyak pemahaman praktik dibutuhkan. Akan tetapi, sangatlah sulit untuk melakukan praktik diplomasi antar negara karena para pelajar harus memiliki sebuah peran dimana mereka berusaha mencapai kepentingan negaranya dalam panggung internasional. Untuk itu, komunitas pelajar hubungan internasional mengadakan Model United Nations atau MUN untuk melatih kemampuan berdiplomasi mereka. Akan tetapi, MUN memerlukan persiapan yang sulit dan keperluan yang banyak untuk dapat mengadakannya. Maka dibutuhkan sebuah alternatif lain untuk memberikan para pelajar hubungan internasional cara untuk melatih kemampuan berdiplomasinya.
Penerapan games sebagai media praktik diplomasi dapat diterapkan sebagai alternatif untuk mengasah kemampuan berdiplomasi para pelajar hubungan internasional. Banyak permainan yang dapat digunakan oleh para pelajar hubungan internasional dalam mengasah kemampuan berdiplomasinya. Permainan-permainan tersebut dapat berupa permainan papan atau video games yang memiliki genre strategi. Permainan papan seperti Diplomacy yang diciptakan oleh seorang sarjana Universitas Harvard, Allan B. Calhamer, pada tahun 1950-an dapat menjadi alternatif pembelajaran diplomasi. Permainan ini dimainkan berdasarkan pandangan realis terhadap hubungan internasional dimana negara-negara bersaing secara rasional untuk pengaruh (sphere of influence) yang kemudian pada akhirnya mencapai sebuah keseimbangan kekuatan (balance of power). Permainan akan dimulai dengan 7 orang pemain yang berperan sebagai sebuah negara yang berusaha mencapai kepentingannya melalui rangkaian negosiasi, aliansi rahasia, adu domba, dan menyebarkan disinformasi.
Selain itu, video games dapat menjadi salah satu alternatif lain. Sekarang sudah terdapat banyak video games yang memiliki genre Grand Strategy dimana permainan-permainan ini meliputi interaksi antar negara dimana mereka saling mencapai kepentingannya. Walaupun permainan Grand Strategy dirancang sebagai hiburan. Akan tetapi sebagai produk sampingan, media ini dapat menggambarkan dan mensimulasikan diplomasi dan hubungan internasional yang membuat para pemain untuk mempelajari diplomasi dan menerapkan pengetahuannya ke dalam permainan tersebut. Diplomasi dan hubungan internasional dapat dilihat dari diplomasi interface yang diberikan oleh permainan genre ini, dimulai dengan interface yang sederhana seperti seri Civilization dan Total War. Selain itu, permainan-permainan lain juga memberikan interface yang lebih kompleks, seperti Europa Universalis IV (EUIV) yang memiliki sebanyak 81 interaksi di dalamnya. Melalui video games, para pemain dapat berhadapan dengan AI dan juga dapat mengamati interaksi antar AI dalam mewujudkan kepentingan mereka. Selain itu, permainan seperti EUIV memiliki opsi multiplayer dimana pemain dapat memainkan permainan tersebut dengan pemain lain dalam waktu yang sama. Opsi ini membuat EUIVmemberikan kedalaman yang baru dikarenakan pemain akan bersaing dengan pemain lain untuk mewujudkan kepentingannya. Sehingga opsi ini mengizinkan para pelajar hubungan internasional untuk mengasah kemampuan diplomasi dengan pelajar lain.
Maka, dilihat dari itu, permainan-permainan tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk mengasah kemampuan berdiplomasi para pelajar hubungan internasional disamping melalui MUN. Permainan-permainan tersebut juga bisa dimodifikasi oleh para pengajar untuk membuat permainan lebih memiliki kedalaman sehingga para pelajar dapat lebih memahami cara berdiplomasi yang terjadi di dunia nyata. Untuk itu, penerapan permainan-permainan strategi ini akan memberi gambaran terhadap hubungan internasional secara lebih jelas serta melatih pelajar dalam hal berdiplomasi yang pada akhirnya akan menghasilkan para diplomat yang lebih kompeten.
Referensi
Kenneth A. Schultz. (2004). Democracy and Coercive Diplomacy. Cambridge: Cambridge University Press.
G. R. Berridge, Alan James. (2001). A Dictionary of Diplomacy. New York: PALGRAVE
Rhett Loban. (2017). Digitizing Diplomacy: Grand Strategy Video Games as an Introductory Tool for Learning Diplomacy and International Relations.
David Klion. 2020, Oktober 23. The Game That Ruins Friendships and Shapes Careers. Diakses pada 23 Maret 2022, https://foreignpolicy.com/2020/10/23/the-game-that-ruins-friendships-and-shapes-careers/.
The School of Life. How to Be Diplomatic. Diakses pada 23 Maret 2022, https://www.theschooloflife.com/thebookoflife/how-to-be-diplomatic/.