Elimination Plan ala PM Ardern sebagai strategi baru Selandia Baru dalam menangani COVID 19
Dalim Satrio
Wabah yang diakibatkan oleh virus Corona 2019 dikenal sebagai COVID-19. Virus Corona (COVID-19) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan penyakit yang tersebar akibat infeksi virus SARS-CoV-2 yang dapat dikenali sebagai penyakit saluran pernapasan menular. Tulisan kali ini yang berfokus pada negara dimana warganya dijuluki “The Kiwi’s” yakni Selandia Baru mengonfirmasi kasus pertamanya pada 28 Februari. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dan proses penanganan kasus COVID-19 di Selandia Baru dan bagaimana dampak COVID-19 di negara tersebut.
Selandia Baru sebagai negara yang dinilai berhasil menangani pandemi ini tak terlepas disebabkan kebijakan mereka yang mutakhir salah satunyanya adalah penerapan strategi eliminasi secara resmi pada 23 Maret 2020. Jika Dibandingkan dengan penanganan melalui mitigation dan suppression yang digunakan sebagian besar negara-negara barat, eliminasi dapat meminimalisir efek kesehatan dan memungkinkan pemulihan aktivitas sosial dan ekonomi secara lebih awal. Strategi ini membutuhkan beberapa situasi, seperti kontrol border yang harus ketat, melakukan penilaian kontak fisik dan karantina, pengujian dan pengawasan yang tinggi, dan Lockdown untuk menghentikan penularan virus. Kebijakan itu diberlakukan dengan mengadopsi Lockdown negara paling ketat (strictest lockdown) sampai tingkat 4, setara dengan negara dengan keadaan darurat.
Keputusan Locdown yang diberlakukan sejak 28 April 2020, menwajibkan warganya untuk memperhatikan kontak hanya dengan orang-orang yang menetap bersama (‘the bubble’). Keputusan dipilihnya strategi eliminasi didasari pada upaya untuk menghindari pengulangan dampak bencana pandemi influenza yang pernah terjadi di kalangan suku Māori. Selain itu strategi ini dipilih untuk melindungi regional Pasifik dari penularan COVID-19. Ketatnya strategi eliminasi, selain terlihat dari tingginya level lockdown sampai di tingkat 4, juga dapat dilihat dari diberlakukannya proses double (dual process), istilah yang digunakan PM Ardern untuk pemberian izin keluar masuk untuk Selandia Baru, yang dikhususkan untuk orang-orang yang dengan izin khusus seperti misi kemanusiaan, dan orang-orang yang memiliki keperluan bisnis secara khusus.
Elimination strategy juga tidak mudah karena keberhasilannya ditentukan oleh banyak komponen. Agar memastikan keberhasilannya, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari strategi eliminasi untuk COVID-19 seperti: (1) Kontrol perbatasan dengan karantina berkualitas tinggi bagi wisatawan yang datang; (2) pendeteksian kasus cepat dengan cara melakukan identifikasi awal melalui pengujian secara luas, diikuti oleh isolasi cepat, dengan pelacakan akurat dengan kontak individu secara cepat dan melakukan karantina; (3) Meningkatkan kebersihan secara intensif (seperti etiket batuk dan cuci tangan) dan penyediaan fasilitas kebersihan tangan di area publik; (4) Social Distancing fisik yang intensif, yang mencakup penutupan sekolah dan tempat kerja, pembatasan pergerakan dan perjalanan, dan langkah-langkah strict untuk mengurangi kontak diruang publik, dengan potensi untuk melonggarkan tindakan ini jika eliminasi berhasil; (5) penyesuaian strategi yang terkoordinasi dengan baik untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang proses pengendalian dan apa yang harus dilakukan jika merasa tidak sehat, juga memperkuat informasi penting dalam meningkatkan mutu kesehatan.
Dengan strategi itulah pada 8 Juni 2020 pemerintah Selandia Baru menyatakan kemenangannya negara mereka melawan wabah virus Corona dengan melonggarkan jarak sosial dan fisik, sampai pada level 1. Salah satu media Pemerintah “Unite for Recovery” mengumumkan, “At midnight tonight Monday 8th June, New Zealand will shift to Alert Level 1. At Alert Level 1, everyone can return without restriction to work, school, sports and domestic travel, and you can get together with as many people as you want.”
Pelonggaran lockdown ini dilakukan setelah Menteri Kesehatan melaporkan tentang “no active cases of COVID-19 in New Zealand” (Ministry of Health 2020). Direktur Jendral Kesehatan Selandia Baru, Ashley Bloomfield, menjelaskan bahwa infeksi baru terus menurun jumlahnya karena strategi eliminasi berhasil dalam mencapai tujuan awalnya.Keberhasilan tersebut bukan hanya karena faktor kepemimpinan PM Ardern semata, tetapi kemenangan kolektif seluruh warga Selandia Baru. Mereka berhasil menyeleksi perbedaan pendapat akan kesadaran bahwa keberhasilan dalam melawan virus ini memerlukan penyatuan antara masyarakat dan pemerintah demi keberhasilan bersama
Dari hal yang telah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa kebijakan lockdown ketat yang dilakukan oleh Pemerintah Selandia Baru dibawah Perdana Menteri Ardern dapat dikatakan berhasil. Melalui Elimination Plan yang dilakukan dengan tegas dalam awal-awal pandemi COVID-19, dapat menjaga dan mengontrol persebaran kasus virus COVID-19 di Selandia Baru. Keberhasilan dari elimination plan dapat dilihat dari pola hidup masyarakat yang dapat dilakukan layaknya sebelum pandemi melanda.
Daftar Pustaka
Joe Putra Pratama Pardede dan Rozmita Dewi Yuniarti Rozali, Universitas Pendidikan Indonesia, TATA KELOLA PENANGANAN KASUS COVID-19 DI SELANDIA BARU, file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2126-6666-1-PB.pdf, 2020, diakses 3 Agustus 2021
Baiq Wardhani, Universitas Airlangga, The Kiwi Way: New Zealand’s COVID-19 Elimination Strategy, https://e-journal.unair.ac.id/JGS/article/viewFile/20394/12508, 2020, diakses 3 Agustus 2021
UNAIR News, Strategi Selandia Baru menghadapi Wabah Covid 19, http://news.unair.ac.id/2020/12/07/strategi-selandia-baru-menghadapi-wabah-covid-19/,2020, diakses 3 Agustus 2021