Benny Gantz : Kemunduran Menteri dan Penghianatan Terhadap Netanyahu
Penulis : Ananda Raisya Assyifa

Pada tanggal 9 Juni 2024, politik Israel mengalami salah satu anomali besar ketika Benny Gantz, Menteri Kabinet Perang Israel, mengundurkan diri dari pemerintahan darurat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Keputusan mengejutkan ini diambil di tengah situasi konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina, khususnya melawan Hamas di Gaza. Benny Gantz merupakan tokoh penting dalam kabinet Netanyahu, dan pengunduran dirinya menandai perpecahan signifikan dalam pemerintahan.
Gantz mengundurkan diri karena merasa kecewa dengan kebijakan dan langkah-langkah yang diambil Netanyahu terkait konflik Gaza. Gantz menuduh Netanyahu tidak serius dalam mencapai kemenangan sejati melawan Hamas, serta memanfaatkan konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun untuk kepentingan politiknya sendiri. Menurut Gantz, Netanyahu gagal memberikan strategi yang jelas dan efektif untuk mengakhiri pertumpahan darah di Gaza, meskipun telah diberi tenggat waktu hingga 8 Juni 2024 oleh Gantz sendiri. Ketika Netanyahu tidak memenuhi tenggat tersebut, Gantz memutuskan untuk mundur keesokan harinya sebagai bentuk protes.
Pengunduran diri Gantz dari kabinet Netanyahu membawa dampak signifikan bagi posisi Israel baik secara domestik maupun internasional. Dengan keluarnya Gantz, Netanyahu kehilangan dukungan penting dari blok sentris yang selama ini membantu memperluas basis dukungannya. Ini memperlemah stabilitas pemerintahannya dan memperburuk tekanan diplomatik dan domestik.
Para analis politik berpendapat bahwa keputusan Gantz untuk mundur dapat meningkatkan ketegangan dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Israel. Selama ini, Gantz dianggap sebagai penghambat yang berharga dalam menyeimbangkan kebijakan Netanyahu yang seringkali kontroversial. Kehilangan tokoh moderat seperti Gantz mungkin akan memperburuk citra Israel di mata komunitas internasional dan khususnya Amerika Serikat, yang merupakan salah satu sekutu terdekat Israel.
Secara internal, pengunduran diri Gantz memperlemah koalisi Netanyahu dan menimbulkan keraguan terhadap kemampuan pemerintah untuk menangani konflik Gaza dengan efektif. Banyak pihak dalam pemerintahan dan masyarakat sipil yang khawatir bahwa tanpa Gantz, yang sering kali bertindak sebagai penyeimbang, Netanyahu akan semakin memusatkan kekuasaan dan mungkin mengambil langkah-langkah yang lebih ekstrem dalam menangani situasi di Gaza.
Di kancah internasional, mundurnya Gantz mendapat perhatian besar. Banyak negara Barat yang menganggap Gantz sebagai figur moderat yang dapat dipercaya untuk berkomitmen pada proses perdamaian. Dengan kepergiannya, kekhawatiran akan meningkatnya intensitas konflik dan memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza semakin mengemuka. Beberapa negara Eropa dan organisasi internasional mungkin akan meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel untuk mencari solusi damai yang lebih berkelanjutan.
Pengunduran diri Benny Gantz dari pemerintahan Netanyahu pada tanggal 9 Juni 2024 menandai babak baru dalam dinamika politik Israel. Keputusan ini tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Netanyahu dalam menangani konflik Gaza, tetapi juga mengindikasikan tantangan besar yang harus dihadapi oleh pemerintah Israel ke depannya. Ketidakstabilan politik yang diakibatkan oleh perpecahan dalam pemerintahan ini dapat memiliki dampak luas, baik secara domestik maupun internasional, memperburuk situasi konflik yang sudah kompleks di Timur Tengah.